RSS

Mengelola Emosi terhadap Anak

Selamat malam Bunda Indonesia !

Satu hal yang menjadi kelemahan kita para orangtua terutama bunda adalah ketika anak kita merengek - rengek atau menangis ketika menginginkan sesuatu dan kita mengacuhkannya sehingga suara tangisan itu membuat kita gerah dan serta merta kita bilang " dah ! terserah kamulah kalo gak bisa dibilangin ".

Akhirnya runtuhlah pertahanan kita dan untuk kali ini anak kita menang. Bunda jika kita tidak cermat maka ini akan terulang dan menjadi senjata ampuh bagi anak kita untuk memuluskan keinginannnya. Lantas bagaimana menyikapinya ?

Bunda Indonesia, memang perlu latihan keras agar kita bisa mengolah emosi kita, tidak terpengaruh keadaan dan selalu berpikir jernih saat mengalami sesuatu yang menyulut emosi. Saat anak kita menangis maka reaksi yang muncul pastilah emosi kita yang duluan, suara bising tangisan anak membuat emosi kita semakin menjadi.

Ada obat yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad saw ketika kita dalam keadaan emosi kepada siapapun. Kata Rosulullah " Jika engkau marah sedang engkau dalam keadaan berdiri maka duduklah, jika masih marah maka berbaringlah, jika masih marah maka ambillah air wudhu ...". Pesan ini dapat kita aplikasikan untuk mengontrol emosi kita, saat anak kita membuat kita emosi maka hal pertama yang harus dilakukan adalah kita rileks dengan duduk jika kita berdiri, ambil nafas perlahan dan ambillah air wudhu, insyaallah amarah kita akan reda.

Kebanyakan dari kita akan meladeni emosi itu dengan kata - kata sehingga tidak selesai atau reda malah bertambah memuncak dan hal lain yang dapat kita lakukan adalah meninggalkan sumber/penyebab emosi tersebut sementara waktu, setelah tenang baru kita selesaikan ( diskusikan ) jalan keluarnya.

Nah..Bunda Indonesia ! Kita memang dituntut untuk lebih sabar dari anak - anak kita jika kita ingin mendidik ananda untuk memiliki jiwa sabar. Salam sukses untuk Bunda Indonesia...

@RumahBunda'14


" VISION " DALAM PEMBELAJARAN

Salam sukses Bunda Indonesia !

Bunda, suatu saat ada seorang anak kecil yang sedang belajar dengan seorang guru atau syech. Tiap sore si anak diajak sang guru berkuda kepantai hingga air laut sampai dilutut kuda kemudian berhenti dan sang guru berkata " Diseberang laut sana adalah kerajaan Konstantinopel, Rosulullah pernah bersabda bahwa pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik - baik pemimpin dan pasukannya adalah sebaik - baik pasukan dan kamulah yang akan menaklukkannya ". Hal itu terus dilakukan dan benar - benar memotivasi sang anak.

Bunda, anak itu adalah Sultan Mahmud Al Fatih penakluk kontantinopel bersama sang guru Asy-Syeikh Muhammad bin Isma'il Al-Kurani.


Bunda Indonesia ! menannamkan visi dalam proses pembelajaran sangatlah penting, setiap anak harus diinstall dengan visi - visi yang mulia dengan kata lain setiap anak harus memiliki mimpi. Dengan mimpi itulah sang anak akan belajar untuk menggapai mimpinya.

Bagaimana Caranya ?
Seperti  gurunya al Fatih, Beliau setiap hari berkata " Kamulah yang akan menaklukkannya " sehingga sang murid dengan keyakinannya akan menjadikan hal itu sebagai visi besarnya. Demikian juga kepada anak kita, sering - seringlah kita bertanya " Kakak kalau sudah besar mau jadi apa ? " atau jika sang anak belum paham tentang visi atau cita - cita bisa kita bantu dengan panggilan yang melekat seperti " Selamat pagi Pak Dokter ! ", " Siap pak Komandan ! " dan lainnya.

Sebutan itu jika terus menerus dilakukan akan dapat berpengaruh pada pola pikir anak. Demikian sekilas proses instalasi visi kepada anak kita, dapat kita bayangkan misal setiap hari kita sebut anak kita " Anak Sholeh " , " Anak pintar " dan lainnya, tentunya hal itu dapat menguatkan proses pembelajaran disamping perbaikan pada sistem pembelajrannya.

Salam sukses Bunda Indonesia ! dan selamat beraktifitas.
MANUSIA " PEMBELAJAR " ABADI


Assalamu'alaikum dan semangat pagi Bunda ! Belajar sesungguhnya adalah suatu fitrah bagi setiap makhluk, berarti pula bahwa semestinya tak ada yang membenci proses belajar.

Disadari ataupun tidak, setiap saat kita terus belajar dari berbagai hal, anak kecil yang belajar berbicara, berjalan, belajar naik sepeda, belajar mengenal lingkungan dan banyak lagi, semua itu adalah proses belajar bagi kita. Jadi belajar tidak hanya dibatasi oleh gedung atau yang namanya sekolah dan pelajaran sekolah.

Nah, jika ada yang nggak suka belajar atau malas belajar berarti ada yang salah dengan cara belajarnya atau cara memahami proses pembelajaran itu sendiri.

Bunda, wajib belajar kita berarti tidak cukup 12 tahun seperti program pemerintah, wajib belajar kita adalah " Seumur hidup " seperti tuntunan Rosulullah. Salam sukses untuk Bunda Indonesia !


@RumahBunda
ilustrasi gambar ; konjongblog.blogspot.com

Pendidikan Anak menuju generasi unggul

Berpijak dari sabda Rasulullah saw: “Hak anak itu ada tiga: memilihkan ibunya, memberikan nama yang baik, dan mengajarkan baca Alquran”. Dan metoda Ali ra,: “Ajaklah bermain anakmu pada 7 tahun (pertama), didiklah pada 7 tahun (kedua), temanilah pada 7 tahun (ketiga), kemudian lepaslah kendalinya”.

Dari pelajaran di atas bahwa fase-fase perkembangan anak dapat kita bagi kepada:

1. Fase persiapan pasangan suami-isteri (masa memilih pasangan)

2. Fase 7 tahun pertama (Batuta =bayi tujuh tahun), fase ini terdiri dari:
2.1. masa menyusui 0 - 2
2.2. masa anak usia dini 2 – 6 (masa bermain)

Masa ini seutuhnya disebut masa bermain, karena perkembangan emosional dan intelektualnya sepenuhnya diekspresikan melalui bermain, namun jangan lupa bahwa alat permainan, cara bermain dan seluruh sarananya harus disesuaikan dengan penidikan dan moral Islam. Masa ini dipersiapkan agar ia mampu memasuki fase berikutnya, seperti persiapan membaca, menulis, menghafal dan melakukan ibadah, social dan lain-lain.

3. Fase Tujuh tahun kedua, masa ini terdiri dari:
3.1. masa anak-anak kedua 7 – 10

Di masa ini banyak kekeliruan orangtua dalam memandang tingkat kekanak-kanakannya. Dalam usia ini Islam sudah memulai memberlakukan penidikan moral, spritual dan emosionalnya secara lengkap. Proses pembiasaan terhadap hal-hal positif (ta’wid) sangat dianjurkan, seperti, ibadah (shalat, puasa dll.), etika (pemisahan tidur, mengenakan pakaian Muslim, minta izin masuk kamar oragtua dll.), social (memberi faqir misikin, dll.), dan olahraga ketangkasan (berenang, memanah, naik kuda, dll.). Juga pendidikan intelektualnya harus dilakukan secara intensif. Bermain pada masa ini hanya merupakan pelepas lelah atau istirahat dari keletihan belajar dan beraktifitas.

3.2. masa balig (pituitary) - 10 s/d 13 pr dan 12 s/d 14 lk-

Masa ini anak-anak diharapkan telah mengetahui baik-buruk serta akibat-akibatnya. Bahkan Islam membolehkan pemberian sangsi-sangsi dari perbuatan buruknya untuk memantapkan penidikan-penidikan sebelumnya, karena sangsi pada usia ini umpama pupuk bagi tanaman. Seluruh perkembangan dan kegiatan hidupnya adalah merupakan kongklusi dan kelanjutan dari masa-masa sebelumnya.

Pada fase 7 tahun kedua ini sebenarnya masa-masa sangat berat, karena kesalahan ta’wid dan tarbiyah di masa sebelumnya akan mendapat kesulitan besar untuk merubahnya, bahkan pengaruh keturunan dan lingkungan telah bekerja secara efektif membentuk kepribadiannya, akhirnya akan semakin menjadi problem besar untuk kegiatan pendidikan di fase 7 tahun berikutnya, fase di mana anak diperlakukan sebagai teman, dialog dan tegur sapa dilakukan sebagaimana halnya etika berteman.

4. Fase Tujuh tahun ketiga. Masa ini terdiri dari:
4.1. masa remaja pertama (early adolescence) – 13 s/d 17 pr dan 14 s/d 17 lk -
Fase ini adalah fase di mana anak diperlakukan sebagai teman, pada umumnya mereka tidak mau dibilang anak kecil walaupun belum matang, mereka pada saat ini duduk di sekolah menengah pertama dan atas.

4.2. masa remaja kedua = pemuda (Late adolescence) 17 s/ 21.

5. Fase melepaskan kendali, yaitu masa dewasa dan seterusnya, masa ini bermula dari usia 21 s/d 40 (pemuda) dan selanjutnya masa tua.
Catatan:
1. Pada usia 7 tahun pertama sepenuhnya tanggung jawab Ibu.
2. Pada 7 tahun kedua tugas ini dipikul oleh kedua Ibu dan bapak seutuhnya.
3. Pada 7 tahun ketiga seutuhnya tanggung jawab bapak.
4. Selanjutnya anak akan menjadi pemuda dewasa dan siap mengendalikan seluruh tanggung jawab hidupnya di dunia dan akherat.

3. PENDIDIKAN ANAK MUSLIM

3.1. MENGHAFAL, MEMBACA DAN MENULIS
Secara umum perkembangan anak dari segi pendidikan terbagi kepada dua fase:
a. Fase pra sekolah

b. Fase sekolah. (fase ini disesuaikan dengan tingkat rasionalisasi system pendidikan)

Banyak orangtua salah beranggapan bahwa mengajak menghafal, membaca dan menulis anak di usia pra sekolah (7 tahun pertama) akan mengganggu prangkat intelektual dan emosionalnya, padahal psikologi yang paling modern ditemukan bahwa usia 3 tahun adalah usia pertumbuhan kecerdasan anak yang luar biasa. Maka dari usia 4 tahun seharusnya segera diajak menghafal, seperti doa-doa, ayat-ayat dan Hadis pendek. Menginjak tahun ke 5 diajarkan membaca dan imlak (seperti metoda Iqra yang praktis dan mengimlak hafalan dan beberapa kosa kata). Selanjutnya dapat dipastikan pada awal usia 6 tahun anak telah mampu membaca dan menulis sekaligus memliki hafalan yang cukup. Baru kemudian diberlakukan metoda intensif menghafal Al-qur’an, seperti di bawah ini:
Jadwal Praktis Menghafal Alquran

TAHUN PERHARI PERTAHUN KETERANGAN
Tahun I 3-4 Baris 3 Juz (30-28) 1. Masa menghafal dalam setahun 9 bln, 3 bln lain untuk murajaah & hari2 absen
2. Syarat utama waktu menghafal perhari minimal 2 jam (kecuali di hari libur 3 jam)
3. Tugas ibu menghafalkan, tugas bapak menyimak (setor)
Tahun II 6 Baris 5 Juz (27-23)
Tahun III 8 Baris 7 Juz(22-16)
Tahun IV 8 Baris 7 Juz (15-09)
Tahun V 8 Baris 8 Juz (07-01)
Catatan:
1. Jadwal ini dimulai dari usia 6 tahun sampai 11 tahun.
2. Jadwal ini diberlakukan setelah dipastikan anak telah mampu membaca, menulis dan imlak.

3.2. PENDIDIKAN REMAJA DAN PEMUDA
Jika anak mulai meninggalkan 7 tahun kedua dan siap memasuki 7 tahun ketiga dan seterusnya, Islam memberikan rambu batasan dengan istilah balig atau taklif, di mana anak telah dinilai siap untuk menerima semua sapaan hukum dari Allah swt, sekaligus mempertanggungjawabkannya dihadapan-Nya kelak di hari akhir. Maka pada usia ini anak tidak lagi mau dibilang anak kecil walaupun belum matang. Maka pada saat ini tibalah peranan bapak secara utuh, di mana bapak berperan sebagai murabbi dalam memberikan qudwah serta bimbingan moral dan spritualnya. Berhasil dan gagalnya pada usia ini sangat bergantung kepada peranan bapak sebagai murabinya.

Lihat QS. Annisa, 6. dan Hadis Rasulullah saw: “Telah diangkat qalam (pencatat baik buruk) dari 3 hal: orang tidur sehingga terbangung, anak kecil sehingga ia dewasa, dan orang gila sehingga ia berakal. HR Ahmad & Abu Daud.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh orangtua khusunya bapak, kaitannya dengan pendidikan intelektual, social, spritual dan emosional seksualnya. Perkara ini sama sekali tidak mendapat perhatian dari psikologi Barat. Yaitu:

1. Tadabur ayat-ayat Alquran dan Hadis
2. Menghayati makna ukhuwah Islamiyah
3. Menghayati perjuangan ulama Islam salaf dan halaf serta Membaca perkembangan Islam kontemporer
4. Mempermudah jalan perkawinan

5. Penghayatan kehidupan moralis, seperti; hukum bergaul bebas dengan lawan jenis, urgensi Gadl el-Bashar dari rangsanagan seksual (pemisahan tempat tidur & etika izin memasuki kamar orangtua di usia 7 tahun kedua sangat membantu pendidikan saat ini).

6. Penghayatan secara inten akan pentingnya upaya Mujahadah (seperti, puasa, etika makan, tidur dan bergaul), rutinitas ibadah, dan hidup iffah serta qana’ah (kehidupan sederhana anak dan penuh dengan qanaah pada 7 tahun kedua sangat membantu penghayatan hidup saat ini) agar terhindar dari perbuatan maksiat dan memperkokoh keimanan.

7. Mengenalkan segala dampak dan penyakit moral, social dan lainnya dalam kehidupan bebas.

4. PESAN PENDIDIKAN ANAK (IMAM AL-GHAZALI)
Di bawah ini ringkasan dari pesan panjang Imam Al-Ghazali tentang pendidikan anak :

4.1. Anak adalah amanat dan pendidikannya menjadi tanggunga jawab kedua orangtua.
4.2. Wanita yang soleh sangat berpengaruh dalammembentuk anak-anak yang saleh
4.3. Pada usia remaja tanggung jawab pendidikan sangat bergantung kepada bapak
4.4. Anak-anak hendaklah diajrakan sejak dini etika makan, berpakaian dan disiplin waktu
4.5. Anak-anak diajarkan cinta kepada Allah, Rasul-Nya serta orang-orang saleh, cinta membaca Alquran, Hadis dan buku-buku bermanfaat lainnya.
4.6. Biasakan anak sejak dini hidup bersahaja, berolahraga
4.7. Tanamkan rasa tawadu dan hidup qanaah dan iffah (tidak tamak kepada milik orang lain)
4.8. Ajarkan etika belajar di majlis ilmu dan sekolah.
4.9. Melarangnya mencaci orang dan mengeluh (merasa rendah diri)
4.10. Biasakan bersikap tegas dan berani
4.11. Ajak berolah-raga yang bersifat rekreatif (setelah lelah belajar)
4.12. Ajarkan taat kepada orangtua, sopan kepada yang lebih tua
4.13. Anjurkan mendirikan shalat dan mengetahui batas-batas agama
4.14. Secara gradual diajak melatih diri bermujahadah dan membersihkan jiwa (hati) agar dapat ma’rifat dan muraqabah kepada Allah swt.
4.15. Ajarkan doa-doa pendidikan spritual